Transformasi Digital, ATSI Minta Data Desa Kosong 4G Divalidasi

Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) meminta kepada Kemenkominfo untum melakukan validasi data mengenai 3.345 desa yang menjadi bagian operator seluler untuk disalurkan internet berteknologi 4G. 

Siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) Plus Pasawahan mengerjakan tugas sekolah di pos kamling Desa Pasawahan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis, (16/7/2020). Pelajar yang tinggal di desa terpecil terpaksa mengerjakan tugas sekolah di luar rumah lantaran keterbatasan jaringan internet sedangkan sekolah hanya bisa memfasilitasi kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring mengunakan aplikasi WhatsApp Grup serta Facebook Messenger. ANTARA FOTO - Adeng Bustomi


Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) meminta kepada Kemenkominfo untum melakukan validasi data mengenai 3.345 desa yang menjadi bagian operator seluler untuk disalurkan internet berteknologi 4G.


Sekretaris Jenderal ATSI Marwan O. Baasir mengatakan bahwa kondisi desa yang diklaim belum tersambung internet perlu dilihat kembali. Menurutnya, selama pandemi banyak desa yang telah meningkat status digitalnya dari kategori tidak tersaluri internet menjadi tersaluri internet.


Selain status digital, validasi juga harus meliputi letak geografis, infrastruktur fisik dan akses mobilitas menuju lokasi desa untuk mengukur ongkos dan probabilitas dalam membangun jaringan di sana.


“Kami mau bicara fakta, apakah daerah tersebut masih kawasan 3T [terdepan, terluar, dan tertinggal] atau tidak. Karena kemungkinan karena perkembangan UMKM dan dana desa, dalam waktu yang begitu cepat secara komersial membaik. ” kata Marwan kepada Bisnis, Rabu (5/8/2020).


Marwan menambahkan bahwa operator seluler hingga saat ini belum mendiskusikan mengenai pembagian pembangunan BTS 4G di desa-desa tersebut. Pembahasan masih berkutat pada validasi data Kemenkominfo dengan data operator seluler.


Mengenai target waktu penyelesaian pembangunan internet di 12.548 desa, ATSI senada dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikas dan Informasi (BAKTI), bahwa implementasi pembangunan jaringan 4G di 12.548 desa tidak mungkin terealisasi pada tahun ini. Sebab, lokasi pembangunan yang jauh dan diperkirakan memiliki geografis yang menantang.


Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyampaikan lima hal yang perlu menjadi perhatian dalam menangani transformasi digital selama masa pandemi Covid-19.


Salah satu perhatian Jokowi adalah percepatan perluasan akses dan percepatan peningkatan infrastruktur digital serta penyediaan internet berteknologi 4G di 12.500 desa/kelurahan yang belum mendapat akses.


Direktur Utama Bakti Anang Latif mengatakan bahwa dari 12.548 desa yang butuh internet, sebanyak 9.113 diantaranya terletak di kawasan terlular, tertinggal dan terdepatn (3T). Wilayah ini akan menjadi tanggung jawab Bakti dalam membangun BTS 4G di sana.


Sementara itu, 3.345 desa, berada di wilayah non-3T, akan menjadi tanggung jawab operator seluler. Kementerian komunikasi dan informatika akan berkomunikasi dengan operator seluler membahas permasalahan ini.


Adapun mengenai target penyelesaian proyek, menurutnya, baru akan rampung pada akhir 2022. Bakti dan operator seluler tidak akan mampu membangun 12.548 BTS 4G dalam kurun waktu 5 bulan atau hingga akhir tahun ini, mengingat geografis kawasan 3T yang terjal dan ekstrem.


“Jadi ini sedang dikonsolidasikan, nanti mereka, antar operator, masing-masing akan menyelesaikan di wilayah non-3T, targetnya 12.548 akan selesai di tahun 2022,” kata Anang.


TB 

Baca juga

Posting Komentar